(Cerpen Hana Rulistiawan)
Jantung
Dodo berdebar setiap kali melewati rumah tua yang ada di ujung gang itu. Banyak
yang bilang rumah itu berhantu. Mengingat hal itu, Dodo mempercepat langkahnya
agar segera sampai di rumah sambil sesekali menoleh ke arah rumah tua yang
kelihatannya sebentar lagi akan ambruk itu. Rere dan Mimi teman Dodo pun sama,
keduanya selalu saja berlarian saat melewati rumah tua itu.
Dinding
dan kayu penyangga rumah itu terlihat banyak yang keropos, pekarangannya juga kotor
seperti tidak terurus. Banyak orang bilang kalau mereka sering melihat
sesosok bayangan dari dalam rumah itu. Ada yang mengatakan, penghuni rumah ini
adalah monster yang menakutkan. Ada juga yang bilang kalau rumah itu dihuni
oleh seorang nenek tua yang misterius dengan kulit dan rambut yang serba putih.
Tapi selama ini Dodo dan kawan-kawannya belum pernah sekalipun melihat
penampakan di rumah itu. Padahal hampir setiap hari DOREMI (Dodo, Rere, dan
Mimi) melewati rumah itu.
Rumah
tua itu memang tidak kosong, di sana tinggal seorang nenek. Mama Dodo bilang,
nenek itu bernama Bu Dorman. Kulitnya putih dan keriput. Rambut dan alisnya
putih. Dia terlihat sangat tua, jalannya pun sedikit bungkuk.
***
Sore
itu sepulang sekolah, Dodo disuruh Mamanya ke warung untuk membeli cabai.
Sebenarnya Dodo malas, karena warungnya tepat di sebelah rumah nenek angker
itu. Saat sedang menunggu pesanan cabainya disiapkan oleh si ibu pemilik
warung, Dodo mendengar suara piano mengalun. Dodo mencari-cari darimana asal
suara piano itu. Betapa kagetnya Dodo saat tahu piano itu berasal dari rumah si
nenek angker. Kaki Dodo pun jadi lemas, jantungnya berdegup kencang, tangannya
gemetar. Dia langsung saja lari sekencang mungkin saat cabai yang disuruh
ibunya sudah dia dapatkan.
Sesampainya
di rumah, Dodo langsung masuk dan mengunci pintu. Melihat tingkah laku Dodo
seperti itu, Mamanya pun merasa kebingungan.
“Kamu
kenapa, Do?” tanya Mama Dodo.
“Itu,
Ma… Itu! Serem!” kata Dodo sambil
mengelap keringat di dahinya.
“Itu
apa, Dodo? Kamu tuh kayak yang habis lihat setan saja!” kata Mamanya sambil
tertawa.
“Ini
lebih parah, Ma! Setannya bisa main piano!” jawab Dodo yang masih saja terlihat
ketakutan.
“Hush! Kamu ini ada-ada saja. Sudah cepat
cuci tangan, langsung makan tuh sudah Mama siapkan.”
“Yaaahhh,
Mama… padahal Dodo serius,” gumam Dodo sambil pergi ke kamar mandi dan mencuci
tangannya.
***
Keesokan
harinya saat jam istirahat di sekolah, Dodo hendak menceritakan pengalamannya
kemarin pada teman-temannya. Tentu saja, Rere dan Mimi pun tidak mau
ketinggalan.
“Yang
benar, Do?” tanya Mimi penasaran.
“Iya,
benar. Masa aku bohong!” jawab Dodo.
“Wah,
berarti hebat juga ya itu nenek?” kata Rere sambil tersenyum.
“Ih,
hebat apanya? Seram!” timpal Dodo.
“Ah,
Rere ada-ada saja! Masa seorang nenek tua yang misterius itu dibilang hebat?
Hmm…” kata Dodo dalam hati.
Seperti
biasanya, DOREMI pulang sekolah lewat rumah nenek angker itu. Tiba-tiba tanpa
sengaja, mereka mendengar samar-samar beberapa orang sedang bercakap-cakap.
Sesekali ia mendengar ucapan-ucapan kasar dari seseorang yang entah di mana. Karena
penasaran, dengan berlahan-lahan Rere berniat menguping pembicaraan orang
tersebut.
“Heh,
Rere! Gimana kalau ketahuan?” kata Dodo sambil berbisik melihat Rere yang
mengendap-endap memasuki halaman rumah angker itu. Tanpa menghiraukan ucapan
Dodo dan Mimi, Rere pun terus berdiri di halaman rumah angker itu. Tiba-tiba…
terdengar suara langkah kaki seseorang dari arah samping rumah. Rere
hampir tertangkap, jika seandainya dia tidak langsung mengambil langkah seribu
dan bersembunyi di balik salah satu pohon jati rumah itu. Setelah orang itu
masuk ke dalam rumah, DOREMI pun langsung kabur dari rumah itu.
“Aku
yakin, ada yang tidak beres dengan rumah tua itu!” kata Rere dengan sangat
yakin.
“Maksud
kamu apa, Re?” tanya Mimi.
“Kayaknya
ini harus di laporin ke Pak Lurah deh,” lanjut Rere meyakinkan.
“Eh
jangan dulu! Nanti kalau ternyata informasinya salah gimana?” ucap Dodo.
“Hmm,
iya juga sih. Ya sudah, gimana kalau besok kita kesana lagi?” usul Rere.
“Sekalian, mungkin kita bisa melacak dan membongkar kedok nenek tua itu!”
Mulailah si Rere beraksi dengan gaya sok detektifnya. Dia memang bercita-cita
menjadi seorang detektif, seperti tokoh kartun kesukaannya, Conan.
“Oke! Oke!” jawab Dodo dan Mimi berbarengan.
***
Seperti
janji mereka kemarin, hari ini DOREMI sepakat untuk kembali mengintai rumah
nenek angker itu. Maka sepulang sekolah ketiganya langsung nongkrong di warung
yang ada di samping rumah si nenek angker.
Sudah
hampir satu jam Dodo, Rere, dan Mimi menunggu. Tapi tidak ada pergerakan apapun
di rumah angker itu.
“Kita
pulang saja, yuk!” ajak Mimi yang sudah terlihat bosan.
“Iya,
yuk!” kata Dodo ikut-ikutan, “lapar nih.”
“Hmm,
tunggulah sebentar lagi!” kata Rere yang masih saja terlihat semangat.
“Sudahlah,
Re… dari tadi kita sudah tunggu di sini dan ternyata tidak ada apa-apa,” bujuk
Dodo, “bagaimana kalau kita lanjutkan lagi nanti?”
Karena
merasa kasihan kepada kedua temannya, Rere pun setuju untuk pulang.
Malam
harinya, Rere mendatangi rumah Dodo dan mengajaknya untuk melanjutkan misi
pengintaian rumah nenek angker itu. Sebenarnya Dodo sangat malas, apalagi ini
sudah malam. Tapi karena Rere memaksa, akhirnya Dodo ikut juga. Mereka hanya
berdua pergi ke rumah itu, karena Mimi tidak diizinkan keluar rumah oleh orang
tuanya.
Krik...krik…kriiikk… Suara
jangkrik dan keheningan malam menyelimuti Rere dan Dodo di halaman rumah nenek
angker. Angin mulai kencang, udara menjadi sangat dingin. Dodo pun mulai
merinding.
“Kenapa
enggak besok saja sih, Re? Ini kan sudah malam,” tanya Dodo.
“Habisnya
aku tidak sabar menunggu besok. Aku ingin cepat-cepat tahu rahasia apa yang ada
di rumah ini,” jawab Rere yang merasa sangat yakin kalau rumah nenek angker ini
menyimpan rahasia yang bisa dia pecahkan.
Tiba-tiba
mereka mendengar suara serak, “sedang apa kalian di sini?”
Mata
Dodo dan Rere terbelalak. Mereka sangat terkejut saat melihat seorang nenek
berkulit putih dengan rambut panjang yang juga putih sudah berdiri dekat
mereka. Kulitnya keriput, matanya merah. Sangat menakutkan!
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Dodo dan Rere teriak berbarengan dan langsung lari sekencang-kencangnya seperti
sudah melihat setan.
***
Pagi
harinya Dodo kedatangan tamu, dan betapa kagetnya Dodo saat tahu tamunya itu
adalah si nenek angker. Awalnya Dodo tidak mau menemui nenek itu, tapi karena
paksaan dari Mamanya akhirnya Dodo pun bertemu dengan nenek itu dan meminta
maaf atas kejadian semalam.
Ternyata
nenek tua yang dianggap angker itu adalah seorang nenek yang ramah dan baik
hati. Buktinya ia tidak marah dengan sikap Dodo dan teman-temannya yang
mencurigai rumah itu.
Sebenarnya
nenek tua yang misterius itu adalah guru kesenian Mama Dodo saat SD dulu.
Makanya, ia sangat pandai memainkan alat musik, termasuk piano. Hanya saja
karena umurnya yang sudah cukup tua, ia hanya sekali-kali memainkannya. Itu pun
hanya untuk menghibur diri saat merasa sepi karena tinggal di rumah itu seorang
diri. Mendengar hal itu, Dodo pun berniat mengajak DOREMI untuk melakukan
sesuatu agar dapat menyenangkan hati si nenek.
Mulai
saat itu, setiap pulang sekolah DOREMI selalu mampir ke rumah nenek yang tidak
angker lagi itu untuk sekedar menemani si nenek dan bahkan membantu si nenek
membersihkan rumahnya yang cukup besar itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar